Senin, 06 Juli 2015

Penangkaran Rusa Maliran Kabupaten Blitar

 
A.    KABUPATEN BLITAR 
            Kabupaten Blitar adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Pusat pemerintahan kabupaten ini berada di Kanigoro setelah sebelumnya satu wilayah dengan Kota Blitar.Kabupaten Blitar memiliki 22 kecamatan yang dibagi lagi menjadi 220 desa dan 28 kelurahan dengan luas wilayah 1.588,79 km².

            Batas wilayah
            Utara : Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang
            Selatan : Samudra Hindia
            Barat : Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri
            Timur : Kabupaten Malang

            Nama Blitar dipercaya berasal dari frase bali dadi latar (kembali jadi halaman). Kata tersebut diteriakkan oleh Prabu Mahesa Sura saat meregang nyawa di sumur yang dibuatnya sendiri sebagai mahar untuk Dewi Kilaswara.
Salah satu sumber sejarah yang paling penting adalah prasasti karena merupakan dokumen tertulis yang asli dan terjamin kebenarannya. Prasasti dapat diartikan sebagai tulisan dalam bentuk puisi yang berupa pujian.

Enam abad yang lalu, tepatnya pada bulan Waisak tahun Saka 1283 atau 1361 Masehi, Raja Majapahit yang bernama Hayam Wuruk beserta para pengiringnya menyempatkan diri singgah di Blitar untuk mengadakan upacara pemujaan di Candi Penataran. Rombongan itu tidak hanya singgah di Candi Penataran, tetapi juga ke tempat-tempat lain yang dianggap suci, yaitu Sawentar (Lwangwentar) di Kanigoro, Jimbe, Lodoyo, Simping (Sumberjati) di Kademangan dan Mleri (Weleri) di Srengat.

Hayam Wuruk tidak hanya sekali singgah di Blitar.Pada tahun 1357 Masehi (1279 Saka) Hayam Wuruk berkunjung kembali ke Blitar untuk meninjau daerah pantai selatan dan menginap selama beberapa hari di Lodoyo. Hal itu mencerminkan betapa pentingnya daerah Blitar kala itu, sehingga Hayam Wuruk pun tidak segan untuk melakukan dua kali kunjungan istimewa dengan tujuan yang berbeda ke daerah ini.

Pada tahun 1316 dan 1317 Kerajaan Majapahit carut marut karena terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Kuti dan Sengkuni.Kondisi itu memaksa Raja Jayanegara untuk menyelamatkan diri ke desa Bedander dengan pengawalan pasukan Bhayangkara dibawah pimpinan Gajah Mada.Berkat siasat Gajah Mada, Jayanegara berhasil kembali naik tahta dengan selamat. Adapun Kuti dan Sengkuni berhasil diringkus dan kemudian dihukum mati.[8] Oleh karena sambutan hangat dan perlindungan ketat yang diberikan penduduk Desa Bedander, maka Jayanegara pun memberikan hadiah berupa prasasti kepada para penduduk desa tersebut. Tidak diragukan lagi bahwa pemberian prasasti ini merupakan peristiwa penting karena menjadikan Blitar sebagai daerah swatantra di bawah naungan Kerajaan Majapahit. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada hari Minggu Pahing bulan Srawana tahun Saka 1246 atau 5 Agustus 1324 Masehi, sesuai dengan tanggal yang tercantum pada prasasti. Tanggal itulah yang akhirnya diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Blitar setiap tahunnya.

B.     PENANGKARAN RUSA SUMBERINGIN (MALIRAN)
            Penangkaran rusa sumberingin terletak di desa maliran kecamatan ponggok kabupaten blitar.Wisata ini terletak diantara alas (hutan) yang terletak di maliran, untuk mengunjunginya rute yang dilewati cukup mudah, meski saat kita akan memasuki kawasan wisata tersebut jalan sedikit rusak namun masih dalam kondisi wajar.
            Sampai digerbang masuk, kami melihat kondisi penangkaran yang menurut kami kurang indah, kurang terurus dan terkesan seperti kebun yang ada gerbang dan loket masuk.Tiket masuk cukup murah, yaitu 2000 rupiah untuk pengunjung dewasa, dan 1000 rupiah untuk anak anak.Masuk disana kami melihat semak semak yang cukup banyak dan tidak lama kemudian kami menemui belasan rusa sedang berteduh, mungkin mayoritas rusa sedang berteduh disemak karena kami sampai di tempat wisata tersebut pukul 11.00 WIB.
            Benar saja seperti hal yang dapat kami lihat ketika baru masuk gerbang, fasilitas bermain anak tidak terurus dan banyak yang rusak, kamar mandi juga kurang terawat, pagar pembatas rusa juga sudah tak enak untuk dipandang.
            Sebenarnya menurut kami wisata Sumberingin tersebut memiliki potensi yang bagus jika di kelola dan ditingkatkan secara maksimal, kita dapat menemukan pepohonan yang rindang, situasi yang tenang, melihat banyak rusa secara langsung dsb. Namun hal tersebut menurut kami belum cukup untuk memberikan rasa antusias warga lokal dan warga luar kabupaten blitar. Perlu diadakanya peningkatan serta penambahan fasilitas bila benar benar ingin meningkatkan potensi serta kunjungan dari wisata tersebut. Ketika kami berkunjung disana, kondisi cukup sepi pengunjung sangat sedikit dan bahkan dapat dihitung dengan jari.
            Sebelum kami pulang, kami berfoto dan memfoto rusa yang ada disana, setelah itu kami mewawancarai salah 1 petugas yang ada disana, yaitu pak agus.Nama lengkap beliau yaitu Agus Susanto, beliauberusia 30thn dan telah menjabat sebagai petugas di penangkaran tersebut selama 3tahun.Beliau dibantu oleh pak ribut dan pak jemani yang bertugas memberi makan rusa. Penangkaran ini telah didirikan sejak tahun 1999, data rusa sampai dengan bulan juni 2015 di penangkaran ini yaitu jantan 26 ekor, betina 28 ekor, anak 16 ekor, total 69 ekor rusa yang ada di penangkaran tersebut.
            Dalam sehari, rusa-rusa di penangkaran tersebut membutuhkan 3 gerobak makanan hijau dan makanan tambahan seperti kangkung kering dan kulit kedelai bagian dalam.Dana dalam sebulan untuk membeli rumput sekitar 2 juta, sedangkan untuk makanan tambahan sekitar 2-3 juta.Dana yang diberikan merupakan dana dari perhutani.
            Pengunjung rata rata dalam sebulan hanya 10 – 15 orang, tentunya jumlah tersebut sangat sedikit sekali mengingat operasional yang lumayan banyak, namun fasilitas yang ada di penangkaran tersebut memang kurang menarik, sehingga masyarakat menjadi kurang tertarik mengunjungi wisata tersebut.Harapan dari pak agus sebagai petugas yaitu pembenahan tempat secara menyeluruh, agar masyarakat kembali meminati wisata tersebut.Pak agus juga menjelaskan mengapa banyak sekali semak belukar dalam penangkaran tersebut, dulu ada pohon mahoni yang tumbuh di area penangkaran, lalu daun daun yang gugur dimakan oleh rusa dan menyebabkan banyak rusa mati.Maka dari itu pohon mahoni ditebang, dan tak lama kemudian tumbuhlah semak, ternyata semak tersebut berfungsi untuk tempat persembunyian rusa dan sangat membantu rusa beradaptasi.Semak tersebut juga berpengaruh dalam meningkatkan jumlah populasi rusa di penangkaran tersebut, pak agus mengatakan bahwa setelah adanya semak, tingkat kelahiran anak rusa naik 40%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar