Asyiknya Berwisata di Kampung Coklat #Blitar
Blitar mempubnyi sebuah ikon baru di Kabupaten Blitar yang sangat diminati
wisatawan. Apa itu? Kampung coklat. Lokasinya tak jauh dari makam Bung
Karno dan candi Penataran.
Kampung coklat semakin melengkapi
destinasi wisata di Blitar. Setiap hari kampung wisata ini dikunjungi
tak kurang 500-1.000 wisatawan domestik maupun manca negara.
Tak
jarang kampung coklat ini menjadi lokasi study tour wisatawan manca
negara. Seperti 27 mahasiswa asal Amerika yang mengunjungi kampung
coklat, Sabtu (28/6/2014) siang.
Mahasiswa yang tengah menempuh
studi di Universitas Negeri Malang tersebut, melakukan study tour ke
Kampung Coklat di Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten
Blitar, ditemani oleh dosen dan beberapa mahasiswa Universitas Negeri
Malang.
"Ini adalah agenda tahunan kami. 27 Mahasiswa yang kami ajak
kesini adalah mahasiswa pilihan yang mempelajari bahasa dan budaya
Indonesia," kata Gatut Susanto, In Country Project Director Critical
Language Scholarship Program kepada detikcom.
Saat ditanya mengapa
memilih kampung coklat sebagai lokasi study, lebih jauh Gatut
menjelaskan kampung coklat merupakan tempat yang menarik untuk belajar.
"Ini adalah salah satu ikon baru di Blitar. Tempat yang nyaman. Saya
rasa ini seperti "laboratorium" bagi yang ingin belajar coklat. Maka
kami ajak mereka kesini untuk belajar secara langsung proses pembibitan
hingga pengolahan coklat. Dan alhamdulillah mereka antusias," ungkap
Gatut. Lalu bagaimana kesan mahasiswa yang ikut? Dari ke-27 mahasiswa
tersebut, semuanya mengaku menikmati suasana kampung coklat tersebut.
"Luar biasa. Saya baru menemukan tempat wisata yang sekaligus bisa
belajar proses pembuatan coklat. Di Amerika tidak ada yang seperti ini,"
ujar Phoebe Dawn, salah satu mahasiswa kepada detikcom dengan
menggunakan Bahasa Indonesia.
Selain itu, menurutnya coklat yang
diproduksi oleh kampung coklat tidak kalah kualitasnya dengan yang
diproduksi di Amerika. "Saya sangat suka coklat. Setiap hari saya makan
coklat. Dan coklat disini bagus. Amazing. Murni. Saya akan membawa
oleh-oleh sebanyak mungkin untuk keluarga saya. Saya ingin ke tempat ini
lagi, sometime," lanjut Phoebe yang tengah menempuh S3 di New York
University tersebut.
Tak jauh berbeda dengan Phoebe, Jarrod Brown
asal Kentucky juga mempunyai kesan yang sama. Menurut Jarrod, kampung
coklat menjadi tempat istimewa bagi dia selama berada di Indonesia.
"Aku rasa selama di Indonesia, kampung coklat adalah tempat yang paling
berkesan dan memberikan inspirasi. Aku fikir tempat ini tidak ada duanya
di Indonesia. Bagus," kata Jarrod sambil mengacungkan jempol.
Saat
ditanya kesan pertama masuk ke perkampungan coklat, Jarrod mengatakan,
dia kira tempat tersebut adalah pabrik bir. "Baunya seperti bir. Tapi
setelah saya masuk, ternyata prabrik coklat. Saya sangat menikmati
berada disini," tambahnya lagi.
Selama lebih dari 3 jam, 27
mahasiswa tersebut dipandu langsung oleh pemilik kampung coklat, Kholid
Mustofa. Kholid menjelaskan dari A sampai Z proses pembibitan hingga
produksi coklat olahan.
"Adik-adik, ini adalah coklat yang sudah dikeringkan silahkan coba." Kata Kholid saat memandu tamunya
Para mahasiswa pun mencoba. Namun, apa yang terjadi wisatawan ini pun
sama nyengir saat mencoba. Pahit kata mereka sambil tertawa. "Nah kalau
mau mencoba yang enak, mari masuk ke ruang pengolahan," kata Kholid
sambil tertawa.
Kholid menambahkan, jika hampir setiap minggu
kampung coklat selalu menerima tamu dari manca negara. "Seminggu ini ada
tamu dari Itali, Inggris, Malaysia dan Abu Dhabi. Kami sangat bahagia,"
jelas Kholid.
Saat ditanya omset perhari, menurut Kholid bisa mencapai Rp 10 juta.
Paketan di kampung coklat ini pun ditawarkan dari harga Rp 15 sampai Rp
50 ribu per orang. Wisatawan pun bisa berbelanja coklat dengan sepuas
hati.
Untuk paket Rp 50 ribu, wisatawan akan mendapatkan 2 bibit
yang bisa dibawa pulang. "Yang dibayar hanya yang dipakai untuk praktik
membuat masakan olahan saja. Selainnya silahkan berbelanja dengan harga murah," pungkas Kholid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar